Rabu, 23 Desember 2009

Courage


Dunia ini terlalu sepi untuk kunikmati, terlebih riuh diluar hanya akan memperburuk pencernaan otakku. Kubaringkan saja tubuh berat yang telah penuh dengan penat. Terlentang telanjang. Mataku menyapu habis langit-langit kamar yang hanya berhiaskan tirai panjang dan hamparan sprei putih busuk. Nanar ku putar bola mata agar sampai ke sudut dinding dingin yang menyelimuti harian statis yang terus berganti. Entah, ada apa diluar sana, ingin tidak perduli namun terdengar jelas suara pekikakan manusia yang saling memaki.

Dengungan senandung musik dari band melankolis murahan bergaung menghampar menyeluruh. Menabrak dinding kamar yang busuk, sebusuk tubuh berat telanjang bulat yang terlentang itu. Tubuhku. Aku busuk, sebusuk sampah yang menumpuk. Menggunung terapung. Rasa itu datang lagi, menyerang tanpa henti. Batinku meraung kurasa. Karena hati pun aku sudah tak punya.Ya, kata manusia itu semua hanya berdasarkan perasaan ku. Tahu apa mereka tentang apa yang kurasa?
Hanya aku yang tahu, hanya aku dan perasaan itu.

Sumpah, aku ingin muntah. Mencium bau hangat perasaan manusia yang bernama cinta. Bau itu menusuk-nusuk semakin dekat. Sampai pada akhirnya bau itu menguat diiringi ketukan beruntun dipintu ruangan yang disebut sebagai kamar. Ibu ada diluar sana, mengetuk pelan dan curiga. Lama terdiam, sampai akhirnya menyerah dan pergi menjauh. Dan kucium bau cinta itu semakin samar seiring dengan derap langkah kaki ibu yang turun kelantai bawah. Akhirnya aku bisa bernafas lega. Selega tenggorokan yang menenggak vodka.

Kududukan tubuh busuk ini kepinggir tempat tidur. Mengusap lembut sprei busuk yang terhampar asal-asalan di atas papan jati berukir seni tinggi. Persetan dengan seni. Sampah! Semuanya sampah. Aku geram, kucakar dalam sprei yang terhampar. Bunyi sayatan itu membuat ngilu. Sengilu manusia itu bila menatapku. Sialan! Dikiranya aku itu tontonan? Mereka semua sampah!. Kurebahkan lagi tubuh busuk yang kurasa milikku. Kali ini menghadap ke jendela. Siluet pohon dihalaman dan sinar mematikan menyusup lewat pori-pori serat tirai putih busuk yang menutupi jendela yang hampir seumur hidup remajaku tak pernah dibuka. Ah,masih lama waktuku untuk keluar dari kebusukan ini. Namun diluarpun tak lebih baik dari keadaan didalam sini, sama-sama busuk. Entah berapa lama aku terdiam kaku dalam posisi itu. Sampai akhirnya alarm di handphone ku berbunyi. Dengan tulisan terpampang yang menandakan sebuah janji dengan seseorang berlaras panjang. Pukul 5 petang. Sudah saatnya aku berpetualang.

Kupaksa menyeret tubuh busuk itu dari ranjang. Menghias diri asal-asalan dan membuka selot pintu yang terasa berat. Kulangkahkan kaki jejang ini cepat-cepat. Namun ibu sempat menangkap kehadiranku dengan tatapan nya yang mengiris. Aku tak mau repot menatapnya, dari sudut mataku saja sudah terlihat jelas betapa jijiknya dia melihatku. Dan aku muak dengan bau cinta yang menguak dari tubuhnya. Mual!

Dan harus kutahan tatapan manusia-manusia sepanjang jalan yang menatapku nanar. Sialan!. Kalau tidak terpaksa buat apa aku menyerahkan harga diri ku pada manusia. Dijadikan tontonan dan gunjingan yang akhirnya akan jadi berita. Uang, buat kebusukan mereka. Uang sudah menjadi tuhan kurasa. Langkah ini semakin berat seiring makin banyaknya tatapan nanar sepanjang perjalananku. Perjalanan yang seperti menuju altar persembahan karena tempat itulah yang akan membayar habis harga diri beserta tubuh seutuh yang kupunya. Terkikis habis, tak bersisa. Sialan! Makiku pelan. Rasa itu datang lagi. Kupukul tubuh busuk yang terpaksa kubawa. Tepat di tengah sebelah kiri dimana lambung berada. Setelah reda, baru kuhentikan pukulan-pukulan yang membabi buta di permukaan perut yang rata.

Langkah ku terhenti didepan gerbang besar berhiaskan papan bagus. Terpampang besar huruf angkuh besar disana. ‘CLEOPATRA MANAGEMENT’. Ya, itu nama altar persembahan tempat dimana tubuhku dikorbankan. Tempat dimana manusia-manusia sejenis aku mengalami kebusukan yang sama. Ya, kami sama. Karena diberi label model dan sama-sama menjadi pengidap ANOREKSIA NERVOSA dan sejenisnya.




*Di dedikasikan untuk para perempuan pengidap Anoreksia Nervosa, Bulimia dan Sejenisnya. Bila anda melihat, mengetahui atau mengalami kelainan makan (Eating Disorder) segeralah berkonsultasi pada dokter, ahli gizi atau terapis yang anda percayai. Bahkan seorang sahabat pun mampu membantu anda untuk mengetahui dan memberi semangat untuk memperbaiki pola pikir atau hidup anda. Mari perangi penyakit Anoreksia & Bulimia karena tekanan stereotype dunia yang menginginkan anda kurus setipis papan dipinggir jalan. Nyawa anda sangatlah berharga untuk keluarga dan orang-orang yang mencintai anda.
(Inspirated from Superchick-Courage,sebuah lagu tentang perasaan pengidap Anoreksia Nervosa).

*based on true story from: http://youtu.be/-KwgDhzVcoc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar