Rabu, 09 Desember 2009

Bulan, Mentari dan Ksatria

Gadis kecilku, dengan langkah riang berlari ke halaman. Melenggak-lenggokan pinggul nya yg kecil, dengan tangan melambai ke atas dan menjentik-jentikkan jemari nya yg mungil. Sesekali berputar, dan berhenti sembri menghentak-hentakkan kakinya ke bumi. Didengarnya langkah kaki ku yg tengah menghampirinya, dengan sontak dia palingkan wajah bulan bundar mungilnya. Sambil tersenyum memamerkan deretan gigi susu yg kecil itu.

"Kamu sedang apa sayang?", tanyaku pada gadis kecil ku
"Ini tarian hujan mama..", ujarnya riang dan kembali menarikan gerakan-gerakan yg disebut nya sebagai tarian hujan.
"Apa kamu sedang memanggil paman hujan,sayang?" tanyaku ingin tahu, terlintas ingatan bahwa beberapa hari yg lalu dia menonton film kartun yg bercerita tentang sekumpulan beruang pemanggil hujan.
"Tidak..aku tidak memanggil paman hujan"
"Lalu mengapa kamu menarikan tarian hujan? apa kamu sedang mengusir agar paman hujan tidak datang?" aku terus bertanya alasan mengapa gadis kecil ku menari tarian itu jika tidak sedang menginginkan hujan datang.
"Aku hanya suka..aku sedang ingin menari bersama mentari’" jawabnya riang sambil menggadahkan kepalanya ke atas langit.
Aku tersenyum saja melihat tingkah nya. Dan sesaat kemudian menjauh untuk memperhatikan nya dari kursi taman.

Hari berikutnya, aku melihat lagi gadis kecil ku berlari ke halaman. Kali ini dia tidak menari tarian yg sama seperti kemarin, dia hanya berlari mengelilingi halaman rumah kami yg luas dengan exterior taman yg didominasi sekumpulan semak mawar putih. Dia tertawa riang sambil terus berlari, seakan ada yg sedang dia kejar dan mengejar nya.
Kali ini aku membawa secangkir teh hangat untuk menemaniku mengawasi gadis kecil ku. Sejam kemudian aku melihatnya menjatuh kan tubuh berpeluh keringat itu ke rerumputan, terlentang dan tertawa riang.

Hari berikutnya lagi, gadis kecil ku kembali berlari ke halaman. Baru kini ku perhatikan dia selalu pergi ke halaman tiap jam 3 petang. Tiap dia mendengar dentingan jam tua jaman penjajahan berbunyi ‘Tang..tang..tang!’. Tak peduli apapun yg sedang di lakukan di dalam, sedetik setelah denting terakhir usai dia pasti berlari ke halaman. Aku bertanya dalam hati,kali ini apa yg akan dia lakukan?. Tak banyak tanya aku hanya mengikuti dengan majalah mingguan di tangan.
Ajaib..
Aku hanya mendapati gadis kecil ku duduk bersila di tengah halaman. Memenjamkan mata nya sambil menghadap ke semak mawar dekat ayunan yg diselimuti sulur pohon morning glory. Seakan dia sedang menikmati, entah alunan angin atau suara percikkan pancuran kolam. Aku hanya mengamati dan bingung setengah mati.
Lama..hampir sejam dia berada disana. Sampai akhirnya dia membuka mata dan menaiki ayunan dengan senyum simpul yg tidak habis bahkan ketika dia kembali masuk kedalam rumah.

Malam, bulan penuh diluar sana. Aku bersiap meninak-bobokan gadis kecil ku. Dan kulihat dia dipinggir jendela kamar nya, menatap kagum pada langit dimana ada bulan purnama disana.
"Mama..", Ujarnya
"Ada apa sayang?" Tanyaku menanggapi
"Kenapa bulan begitu indah dan mentari begitu hangat? aku suka keduanya tapi aku selalu kehilangan salah satu.." Tanya gadis kecil ku dengan wajah sedih.
Aku duduk dan membelai rambut kapas yg lembut itu.
"Karena bulan adalah penjaga malam dan mentari menyinari bumi dari pagi hingga petang..keduanya punya tugas masing-masing dan keduanya perlu istirahat, sama seperti kamu..", Jawab ku setengah membujuk agar dia mau masuk kedalam selimut.
"Tapi kenapa keduanya tidak bisa menjaga bersama? akan lebih kuat bukan? kita bisa melihat keindahan bulan dan hangat sinar mentari.."
Gadis kecil ku merajuk dan merengut,berkata begitu sambil menopang dagu
Uh..dasar sok tahu, begitu pikir ku. Tapi tak urung juga aku gemas melihat gerak gerik nya yg lucu.
"Tidak bisa sayang..keduanya tidak akan pernah bisa bersama. Tuhan sudah memberi mereka tugas masing-masing untuk menjaga malam dan menyinari bumi. Itu takdir mereka, agar terjadi keseimbangan di dunia. Pagi sampai petang kamu bisa bermain .dan malam hari kamu bisa istirahat dan bertemu mimpi indah..tapi bila malam datang sesungguhnya mentari tidak benar-benar meninggalkan bulan. Karena bulan bisa bersinar lembut karena pancaran mentari nun jauh disana.."
Gadis kecil ku terlihat datar mendengar penjelasan ku, entah karena dia tidak mengerti atau angan nya sedang terbang ke tempat lain. Kulihat jam dan sadar sudah lewat banyak dari waktu tidur nya. Ku tuntun dia menuju tempat tidur dan menyelimuti nya. Ku belai lembut rambut dan kukecup kening gadis kecil ku, yang sudah memejamkan mata nya sambil memeluk erat boneka kesayangan nya. Sesudahnya entah mengapa aku tidak ingin segera tidur. Sampai lewat tengah malam aku hanya duduk di tepi halaman sambil menatap bulan.

Ya..entah kenapa aku merasa bulan itu kesepian. Indah namun terasa ada yg kurang. Tak terasa butir-butir air mata jatuh di pipi ku. Aku merasa hati ku sakit namun tak tau apa penyebabnya. Ada kerinduan mendalam disana, tentang sesuatu yg sudah lama sekali terlupa.

Hampir setengah jam aku bertahan dengan isak tangis dihalaman. Menangisi hal yg tak ku ketahui penyebabnya. Sampai tiba-tiba aku merasa hawa hangat menyelimuti ku, hingga berhenti isak tangis ku.
Rasa apa ini? Aku bertanya dalam hati.
Sunyi..tak ada jawaban, hanya gemericik air kolam bambu di taman yg menyahuti ku. Aku bergegas masuk dan menuju kamar tidur ku . Setelah jam berdentang dengan lantang ‘tang..tang..tang..’
Yah..jam 3 pagi, tak bisa tidur dan aku hanya bisa bersembunyi dalam selimut hangat berwarna merah hati.


Pagi ini langkah ku gontai. Entah mengapa kepala ku meradang. Sakit nya seperti ada kuda menendang. Dan aku sedih setengah mati, tapi aku tak tau kenapa aku harus sakit hati?
Hari ini aku benci dan mudah sekali mencaci. Pada apapun yg kutemui tidak sesuai dengan maksud hati.Dan apa ini?
Sejak pagi aku mencium harum seribu mawar menyengat di dalam rumah. Entah kenapa aku muak. Aku ingin meronta dan membanting semua. Sampai kedua asisten rumah tangga ku bersembunyi di sudut pintu, karena takut melihat amarah ku.
Astaga..aku kenapa? Hari ini mengapa aku begitu merasa berduka? Aku tak suka! Enyahlah kalian semua! pergi..!!, raungku dalam hati.

Aku lari ke kamar ku, bersembunyi lagi di selimut merah hati. Sambil terisak dan meremas-remas perih nya dada ini. Kudapati gadis kecil ku di depan pintu, menatap ku sedih dengan linangan air bening di sudut mata indah nya.
Aku bingung..entah mengapa aku merasa yg menatap ku bukan lah gadis kecil ku. Dia masih terlalu kecil untuk menatap ku sedalam itu.
Siapa? siapa ya? tanya ku dalam hati sambil mengingat ingat jauh dalam memori.

Aku tersentak. Aku melihat kilatan cahaya terlintas pada pelupuk mata . Dan sesaat kemudian kepala ku seperti kejatuhan kereta. Kuping ku berdenging. Aku meronta,mengejap-kejap kan mata..berguling memegangi kepala. Sampai akhirnya berhenti karena tubuh ku jatuh berguling sampai pojok lemari. Dalam kaburnya penglihatan ku yg terhalang gumpalan asap putih lembut. Sayup-sayup aku mendengar suara-suara di depan sana. 1..2..ah aku kenal semua pemilik suara. Aku rindu pada para pemilik suara itu. Almarhum romo dan ibu, almarhum suamiku dan tunggu..
Siapa pemilik suara terakhir itu? Suara nya tegas namun merdu, Suara yg sering melantunkan lagu. Aku rindu..rindu pada pemilik suara itu.

Dalam tebalnya kabut asap aku tak bisa melihat jelas kedalam sana. Tapi langkah ku mantap dan ketepis asap untuk melihat siapa dia. Mendekat..makin terdengar dekat..sampai akhirnya aku melihat ruangan putih dan sekumpulan orang-orang tersayang
Dan ternyata..
Astaga..
Dia!

Dia rosi
Sahabat kuliahku semenjak awal semester satu . Wanita yg terus menatap ku ketika aku makan sendirian di kantin dulu. Dan perkenalan pertama kami saat dia menahan tubuh ku yg hampir jatuh berguling di tangga karena mata ku terhalang tumpukan makalah para senior ganas.
Rosi..rosi..rosi..
Wanita yg selalu menjagaku dari tangan-tangan jahil pria sekelas. Dan menghajar jatuh senior tampan yg lancang ingin mencium ku.
Ah..
Rosi..
Selalu menemani ku setiap waktu. Tubuhnya yg tinggi dengan potongan rambut pendek yg selalu rapi. Dan sinar hangat ketika dia menatap lekat wajah ku tiap menjemput pagi-pagi. Rosi ku yg cantik, hatinya baik, tapi entah kenapa dia tak pernah sekalipun tertarik pada pria yg menggoda nya genit.

Rosi ku yg cantik, yang selalu menaruh rangkaian mawar putih kesukaan ku di tiap sudut kamar ku. Mawar dari kebun rumah nya yg dia rawat tiap waktu. Rosi ku yg penyabar, menemaniku tiap aku merasa gusar terhadap kelakuan pacar. Dia akan menunggu ku tertidur sambil menyanyikan lagu-lagu dengan suaranya yg merdu. Sampai aku terbawa mimpi dan dia pun baru mau untuk beranjak pergi.

Rosi..
Yg memeluk ku erat ketika bersama-sama wisuda di bulan juli. Dan mengecup bibir ku sekali. Mungkin dia terlalu bahagia, begitu aku menduga. Terlihat dari rona merah diwajah nya.

Rosi ku yg cantik
Yg entah kenapa menatap hampa ketika kukenalkan pada satria, calon suamiku. Dan menangis tersedu pada hari pernikahan ku. Dan besoknya dia pergi berlibur ke eropa. Alasannya karena ingin mengunjungi museum-museum yg banyak disana.

Rosi..rosi..rosi..
Yg berteriak senang ketika aku hubungi. Ku kabarkan padanya bahwa aku mengandung satu bulan. Dan langsung menemuiku esok hari dan mata nya berbinar ketika mengusap lembut perut yg ber isi calon bayi ku. Sambil menyenandungkan lagu-lagu indah didekat perut ku. Dan berkata bahwa malaikat kecil disana pasti akan secantik diriku.

Rosi ku yg baik
Yg berwajah panik ketika mendengar mobil yg kukemudikan terbalik. Wajahnya pucat seperti mayat, saat mendapati mobilku yg rusak berat. Dia tidak siap ketika memasuki ruang rawat inap. Dipikirnya aku akan berbentuk entah apa itu. Yah lihat saja mobilnya..mungkin itu yg ada di benaknya. Aku tertawa saja melihat tubuhnya berdiri kaku dengan mulut menganga. Saat melihat ternyata aku baik-baik saja. Bahkan malaikat kecil ku pun masih pada tempat nya. Tertidur tenang dalam perutku yg mulai membuncit. Karunia tuhan..kata dokter-dokter disana. Hanya saja aku perlu sedikit tambahan transfusi darah karena didapati produksi darah merah ku terganggu, dan rosi lah yg menyumbangkan itu. Aku tak pernah tau kalau golongan darah nya sama dengan ku. Dengan wajah berseri dia berkata ‘aku akan selalu menemani kamu & malaikat mu,aku senang darah ku kini menyatu dalam tubuh itu’. Kulihat pancaran kebahagiaan yg paling terang di wajahnya yg cantik. Aku tersenyum dan mengucap kan ‘terima kasih..’. Dan tak lama dia pulang dengan senyum mengembang ditengah rintik hujan.

Seminggu setelah kandungku memasuki bulan ketujuh. Kudapati bouqet mawar putih di teras rumahku. Dengan kotak keemasan dengan sebuah cd dan pesan singkat didalam
Untuk mu dan keajaiban dalam tubuh mu’.
Seketika aku langsung tau siapa pengirim mawar itu..rosi sahabatku. Alunan lembut beberapa lagu dengan akustik gitar mendominasi isi cd yg diselingi instrumental orchestra dari mahakarya kebanggan dunia. Ah..ini untuk perkembangan dan otak malaikat kecil ku rupanya. Aku pernah baca dari tabloid wanita tentang pengaruh music classic pada perkembangan otak bayi. Aku bisa sampai tertidur nyenyak tiap mendengar cd dari rosi. Terasa kehangatan menyelimuti sekujur tubuh ku dan melupakan semua kekhawatiran dalam otak ku.

Aku sedang menunggu hari-hari persalinan. Ketika tiba-tiba rosi datang.
Aku senang..dia memelukku dan mengecup perut yg sangat besar itu.
‘Kamu cantik..’ ujar rosi sambil menatap lembut
Aku tersipu malu..suamiku saja tak pernah berkata selembut itu padaku sejak kehamilan bulan ketujuh. Rosi ku selalu tau cara mengusir si resah. Entah mengapa hari itu aku tak rela rosi pulang. Hangat nya tatapan dan lembut nya jemari yg terkadang membelai rambut atau perut ku terasa nyaman hingga aku tak mau kehilangan itu sekarang. Dia bilang pada hari persalinan dia pasti datang.

Hari persalinan pun tiba. Terjadi kepanikan di dalam sana karena pendarahan ku yg tak kunjung berhenti. Dokter bilang mengapa tak ada yg bilang kalau aku punya penyakit?
Ah..ternyata aku mengalami kelainan produksi darah merah. Mungkin itu sebabnya mengapa aku bisa migren tiap hari atau tiba-tiba pingsan dengan darah mengucur di hidung. Mereka butuh darah untukku. Ah..rosi selalu datang pada saat yg tepat. Dengan panik dia langsung menyeret suster untuk melakukan transfusi. Yah..lagi-lagi aku selamat.
Dengan wajah lelah dia menemuiku yg terbaring lemas di ruang khusus ibu. Baru kusadari ada garis-garis tipis di dahi nya. Dan lingkaran hitam di bawah mata. Terlihat kontras di kulit nya yg terang.
"Aku belum tidur.." ujarnya lemah, aku tak tau mengapa dia bisa stress berat.
Aku baru sadar kalau rosi tak pernah sekalipun cerita hal-hal pribadi.
"Aku bahagia akhirnya malaikat kecil itu lahir ke dunia..ah,aku belum melihatnya!". Rosi berkata sambil beranjak untuk melihat malaikat kecil itu. Wajah tersenyum ketika kembali ke ruangan ku, Ada air mata menetes di pipinya yg tirus.
"Dia secantik dirimu..", Ujarnya sambil menggenggam erat tanganku.
"Aku janji akan selalu menjaga kalian berdua.."
Akupun bahagia mendengar perkataan nya. Tak lama rosi pamit pulang.
"Aku pergi dulu..aku lelah sekali dan ingin segera tidur"

Mataku lekat menatap punggung nya yg berjalan gontai membelakangi ku. Tanpa sadar aku meneteskan air mata melihat pintu itu menutup dan tak ada lg yg menemani di ruang itu. Dalam keheningan ku tatap langit biru membentang dan menunggu suamiku. Suamiku belum juga datang,terakhir dia bilang pesawat nya akan tiba jam 2 siang.

Aku termangu sendirian di ruangan. Saat tiba-tiba jantung ku berdetak kencang tak beraturan. Nafasku tersengal, Dengan lunglai ku gerakan tangan untuk menekan tombol perawat.

Ranjang perawatan didorong cepat. Aku harus di tangani katanya. Lift pasien rusak, karena itu aku dan ranjang ku harus lewat lift biasa yg berhenti di lobi. Dalam riuhnya lobi, mataku tertuju pada dua ranjang yg didorong menuju unit gawat darurat. Ada beberapa petugas kepolisian yg mengikuti. Tapi bukan itu yg menarik perhatian ku, Karena aku kenal dengan kemeja yg dikenakan dua orang yg terbujur itu. Ku angkat sedikit kepalaku agar lebih jelas pengelihatan ku. Detik kemudian aku lompat dari ranjang dan berlari pada ranjang paling kiri.

Itu..rosi!
Tubuhnya kaku dengan percikan darah di sukujur tubuh. Kuguncangkan tubuh itu. Yang hanya dijawab kebisuan dari wajahnya yg terlihat damai. Perawat menarik ku agar menjauh. Aku menepis tangan itu dan berlari ke ranjang kedua di ujung sana. Dan pemandangan yg terlihat tidak jauh berbeda.

Dia..satria..
Suami yg kutunggu,yg belum pernah melihat indah wajah malaikat itu. Kini dari jauh saja aku sudah tau dia telah tiada,terlihat jelas dari tubuhnya.

Aku berteriak..Mengapa aku harus kehilangan mereka berdua dalam satu kecelakaan yg sama?
Rosi yg pulang dalam keadaan mengantuk dan satria yg menyetir mobilnya dalam kecepatan penuh..mobil mereka beradu, orang-orang disana bisa melihat buyaran kecil serpihan kaca yg terlontar cantik seperti kembang api. Kecelakaan maut jam 3 petang. Tepat saat jantung ku meraung seakan di cakar binatang. Suamiku pergi bersama rosi dan tak akan pernah kembali. Yah..rosi benar-benar pamit tidur dan tak akan pernah bangun lagi. Dan satria..kasihan dia, melihat wajah anak nya pun belum bisa.

Kepalaku meradang hebat, aku meraung seperti induk beruang yg terluka tepat dijantung nya. Tubuh ku tersungkur, Gelap..
Dan ranjang rosi adalah hal terakhir yg kulihat.

Keesokan hari aku membuka mata. Kulihat romo & ibu dihadapan ku, Menatap teduh seakan mengerti betapa sakit hati ini.Tapi tunggu..
Aku tak ingat mengapa aku berada diruangan itu? Waktu ku Tanya mereka hanya menatap lekat seperti tak percaya, Dan ibu berlari memanggil dokter di ruang perawat
Dokter panik menghampiri ku.Dengan lembut dia beri beberapa pertanyaan.
"Apa kamu ingat siapa nama mu?"
Ragu aku menjawab "Ya..aku ingat..aku luna"
Dokter itu tersenyum dan kembali mengajukan pertanyaan
"Apa kamu ingat kemarin hari persalinan mu?"
Ah..ya,aku pun ingat itu
Dan aku tak menjawab, hanya ku anggukan kepala sekali saja
"Lalu..apa kamu ingat mengapa kamu bisa terjatuh?"
Sontak aku membentak "Satria! Mana dia?"
Romo & ibu menangis,kupikir mereka kaget karena tinggi nya nada suara ku. Tapi dokter menggenggam tangan ku dan berat hati berkata ‘dengar kan ini luna,satria sudah tiada..kemarin sore kecelakaan maut telah merenggutnya’
Aku menangis..tersedu dan tak mau percaya bahwa suami ku telah tiada.
"Lalu..apa lagi yg kau ingat?"
Dalam isak tangis aku berusaha mengingat
"Ruangan..dua ranjang..satria di pojok kanan..dan..tunggu,kemeja itu..kemeja merah hati..hmm..AAARRGH!", Aku terpekik kaget ketika berusaha mengingat pemilik kemeja merah hati. Kepalaku sakit, seperti ribuan sengatan tawon menyengat ku. Aku juga melihat kilatan-kilatan cahaya di mataku. Aku berteriak hingga, meronta gila dan kemudian kembali tak sadarkan diri.

Seminggu setelahnya aku boleh pulang, kesangkar cintaku dan satria. Hampa terasa ketika aku memasuki satu persatu ruangan yg ada disana. Kini aku seorang diri, Dan hidup hanya untuk menjaga malaikat kecil ku. Romo & ibu menemaniku hingga 3 minggu. Untuk kemudian kembali kerumah mereka pada hari minggu.

Kulambaikan tangan ketika mobil mereka perlahan keluar dari halaman. Dan kutatap lekat wajah teduh ibu yg perlahan menjauh. Kugendong malaikat kecil ku ke dalam kamar. Karena dia sudah tertidur pulas ketika romo & ibu berpamitan. Kusenandungkan lagu-lagu yg kuhafal di luar kepala. Aku lupa siapa penyanyinya, Tapi bait-bait syair nya membuat rindu pada sesuatu.

Tepat ketika jam tua di ruang tengah berdentang ‘tang..tang..tang’
Aku terkaget hingga menjatuhkan gelas yg berada ditangan
"Praaaang..!"
Malaikat ku bangun dan menangis sedu, Lekas kugendong dia sambil menyenandungkan lagu yg sekali lagi aku lupa siapa penyanyi nya. Firasat buruk terasa pekat menghampiri ku. Tapi aku bertahan mencoba mengusir semua itu. Telepon berdering membuyarkan lamunan ku. Segera kuserahkan malaikat ku pada bibik yg tengah lewat di hadapanku. Bergegas ku angkat telepon dan berseru
"Halo.."
Aku tercekat, tenggorokan ku seakan tersumbat. Aku tak percaya pada pendengaran ku,yang mendengar musibah menimpa romo & ibu. Kesadaran ku pudar hingga akhirnya aku jatuh ke lantai. Bibik panik dan segera memanggil asisten rumah tangga serta supir keluarga.

Dalam tidurku aku mendengar lagu yg baru saja ku senandungkan untuk malaikat ku. Suaranya merdu memberi sekumpulan rindu. Aku rindu pada pemilik suara itu. Tatapan yg tenang dan hangat tubuhnya ketika memeluk ku. Suara itu mendekat dan semakin dekat. Sampai akhirnya berhenti dihadapan ku tepat. Samar aku tak bisa jelas melihat wajah nya. Namun aku bisa melihat senyum yg mengembang di bibir tipis nya.
"Tenang saja luna..kau tidak kehilangan semuanya, aku akan penuhi janjiku untuk selalu menjagamu dan malaikat kecil itu"
"Tempat mu bukan disini, kembalilah pada tempatmu yg seharusnya.."
Seakan tersihir aku patuh saja tanpa banyak pikir. Perlahan kubalikan tubuh ku dan berjalan menuju cahaya terang di ujung sana. Tapi aku berhenti sesaat dan kupalingkan wajahku untuk melihat tatapan hangat yg sedari tadi mengikutiku
Kulihat satu persatu..wajah satria, romo & ibu..mereka melambaikan tangan dengan senyum mengembang.
"Teruskan hidup mu.."
Bisik satria terlihat dari gerakan bibir nya.
Sedetik kemudian ada tangan yg mendorong ku. Agar lekas lewati cahaya terang itu.
"Aku sayang kamu.." Kata pemilik tangan itu.

Saat kubuka mata, Kulihat wajah cemas bibik dan doni supir keluarga. Dokter irza sepupu terdekat menggenggam tangan ku dan berkata bahwa aku baik-baik saja. Hanya shock sementara. Dan aku perlu tidur, biarkan tante Diana yg mengurus semua kebutuhan acara pemakaman romo & ibu. Aku hanya diam dan bersembunyi dalam selimut warna merah hati. Tertidur hingga pagi dan bersiap ke pemakaman di Jl. Gumanti.

3 hari sesudahnya ada seorang pengacara berdiri di ruang tamu.
"Anda pasti Luna?" dengan yakin dia berseru
"Ya..saya luna, anda siapa?"
"Saya romi, pengacara nona Rosi"
Dahiku berkerut mendengar dia menyebut nama asing di telingaku
"Siapa Rosi?" tanyaku
Romi tertegun dan sesaat kembali tenang
"Well..ya, maaf saya lupa..hmm..sebenarnya saya utusan almarhum tuan Satria"
Jawabnya sopan.

Aku ragu, namun segera ingin tau mengapa Romi ingin bertemu dengan ku. Romi mengeluakan berkas-berkas yg harus ku tanda tangani. Di situ disebutkan bahwa kini aku pemilik sebuah rumah di bilangan Jakarta selatan. Hidup ku terjamin karena rutin tiap bulan akan menerima tunjangan. Serta uang tabungan lengkap dengan berbagai asuransi dan deposito untuk ku dan malaikat kecil ku. Disitu juga disebutkan bahwa kini aku lah pemilik sebuah perusahaan. Yang cabangnya sudah tersebar luas di nusantara. Tapi aku tak pelu repot menangani perusahaan itu bila memang tak mau. Karena akan lebih baik bila aku fokus merawat malaikat kecil ku. Tapi romi akan selalu datang tiap bulan untuk memberi laporan tentang perusahaan.

Banyak sekali berkas yg harus ku bubuhi tanda tangan. Selain berkas tanda kepemilikan rumah, tabungan dan perusahaan. Ada surat tanah, toko ini-itu, mobil, kebun, saham dan yg terakhir hmm..panti asuhan?
Aku tak pernah tau kalau suamiku memiliki panti asuhan dan semua aset-aset itu. Karena suamiku bekerja pada sebuah bank swasta cabang dari amerika. Gajinya memang besar tapi dia juga hampir tak punya banyak waktu karena sering nya dia dinas keluar negri,lalu kapan dia bisa mengurus panti asuhan dan perusahaan-perusahaaan itu?
Apalagi sebuah rumah,kebun dan toko bunga?
Ah..sejak pacaran pun aku tau dia sama sekali bukan orang yg romantis. Aku memilihnya karena kejujuran dan tanggung jawab nya, aku yakin dia akan jadi suami & ayah yg sempurna. Walau banyak pertanyaan berkecamuk namun aku tak mau bertanya. Dan membiarkan romi memasukan semua berkas ke dalam tas dan pamit pulang. Ditinggalkan nya surat rumah dan kartu nama di meja. Dia bilang aku bisa pindah kapan saja,atau menjual nya.

"Baiklah Luna, saya akan kembali dalam beberapa hari..bila ada pertanyaan atau butuh bantuan silakan hubungi saya kapan saja" ujar romi yg kuperkirakan berumur 40-an.
Romi si pengacara telah pergi dan aku menuju meja untuk melihat surat rumah itu. Kubaca perlahan dan tak kutemukan jawaban apapun. Aku memang tidak pernah tau tentang rumah itu. Yah..sudahlah, mungkin memang benar pilihan ku. Satria telah mempersiapkan semua untukku dan malaikat kecil ku.

Pagi hari, aku sakit hati. Aku ingat hari apa sekarang. Kulihat kalender dan disitu tertanda hati merah besar. Hari perayaan 3 tahun pernikahan! Ah..aku ingin mengamuk saja. Lempar semua barang didepan muka. Berhenti karna tangisan bayi. Kasihan..aku tak tega. Ibu macam apa aku ini? Yg menjaga amarah nya saja tak bisa. Aku sadar kalau aku masih punya malaikat kecil itu untuk dijaga. Kuhabiskan setengah hari itu dengan perasaan hampa. Karna tiap sudut rumah mengingatkan ku pada satria.

Aku berkeliling rumah dan mengingat semua sampai hal-hal terkecil nya. Sampai akhirnya langkah ku berhenti pada ruang tamu. Kulihat ke atas meja dan disana masih tergeletak surat rumah itu. Aku langsung menyambar kartu nama romi, aku sudah putuskan untuk meninggalkan rumah ini segera! Sebelum aku benar-benar gila karena rindu pada satria.

Romi bilang dia langsung mengurus semua, dan sejam kemudian ada mobil sedan datang. Warnanya hitam dengan lambang bintang di kap depan. Siapa pemilik mobil mewah itu? Yg keluar hanyalah seorang pria paruh baya dan lembut menyapa.
"Apakah anda Luna?"
‘"Ya.." jawabku singkat
"Saya bromo, supir perusahaan Mentari Abadi. Pak Romi menyuruh saya untuk mengantar mobil ini"
Aku bingung, Mercy hitam ini untukku?
"Mobil ini untuk apa?" akhirnya aku bertanya
"Untuk anda.." jawab pak bromo sambil menyerahkan kunci dan tas kecil yg ternyata berisi surat-surat kepemilikan mercy hitam itu dengan jelas tertera namaku.
Pak bromo pamit pulang, tanpa peduli pada raut wajah ku yg kebingungan. Tak lama aku mendapat pesan singkat pada telepon genggam. Romi bilang akan ada truk pindahan yg datang, aku tak perlu sibuk membantu dan bisa keluar rumah berjalan-jalan dengan mobil itu. Dengan cepat ku beritahu bibik untuk mempersiapkan barang-barang miliknya & asisten rumah tangga serta supir keluarga untuk pindah esok harinya. Setelah selesai aku minta doni untuk mengantarku ke sebuah pusat belanja. Sebelum keluar rumah truk pindahan yg romi bilang sudah tiba, setelah berbicara singkat padaku mereka langsung bekerja,kulihat lambang besar pada 3 buah truk itu yg dapat jelas kubaca ‘Mentari Abadi’.

Hmm..ini nama perusahaan itu, perusahaan yg kini jadi milikku. Ah,e ntahlah..aku tak mau berfikir sekarang. Aku pun duduk diam selama perjalanan dengan menatap teduh nya wajah malaikat kecilku yg riang dalam dekapan. Senja sudah pergi dari tadi saat aku tiba dirumah. Kudapati rumah ku rapi karena hampir semua perabot sudah dibawa pergi. Tersisa hanya kamar ku, dapur dan dua kamar pembantu. Tapi aku tak mau tidur di rumah ini lagi, aku memutuskan akan tidur di hotel saja. Membawa serta bibik,doni dan lastri.

Esoknya romi menghubungiku, Dia bilang truk sudah membereskan parebot terakhir ku, dia sendiri yg mengawasi. Aku bisa segera pergi untuk menempati rumah baru ku. Aku pun menuju rumahku & satria, berkeliling sebentar dan menatapnya, kemudian masuk kemobil.

Hampir jam 3 ketika aku tiba di rumah baru yg baru kali ini aku kunjungi. Ada rasa hangat & nyaman ketika aku memasuki pekarangan. Rumah yg manis,dengan dinding luar bercat putih,dan..harum apa ini? Aku berlari mencari asal harum semerbak ini. Dan terkejut ketika mendapati..sebuah taman yg penuh dengan semak mawar putih! Ada kolam bambu dan ayunan berhiaskan sulur morning glory. Taman itu begitu terawat dan hanya melihat sekilas pun aku tau taman itu dirawat dengan penuh cinta. Malaikat kecil ku tertawa riang ketika memasuki satu persatu ruangan. Seperti ada yg menggodanya dan membuat dia senang. Aku pun merasa nyaman dan tenang. Merasa yakin pada keputusan ku pindah ke rumah ini mulai sekarang.

Keesokan hari romi datang, Dan seperti janjinya dia mengunjungiku tiap bulan. Kegiatan ku tiap hari hanya menjaga malaikat kecil ku. Kadang sesekali mengunjungi toko bunga & panti asuhan yg bernama ‘Kasih Rembulan’. Aku heran ketika memasuki ruangan di panti asuhan. Karena disitu terpajang foto-foto besar diriku. Karena foto-foto itulah pegawai dan anak-anak disana langsung berlari menghampiri ketika melihat ku datang pagi-pagi. Dan di panti asuhan itu terdapat taman kecil yg dipenuhi semak mawar putih
Jenis yg sama seperti di halaman rumah.

Yah..hari demi hari berlalu. Sampai tiba saatnya malaikat kecil ku memasuki tahun ke 3 usianya. Gadis kecil yg riang, pintar dan penyayang. Dia sangat santun pada siapapun tanpa peduli status mereka hanya asisten rumah tangga atau pejabat negara. Dia lincah dan senang menari, Bermain-main dan berkeliling rumah, tak pernah terlihat kesepian walau tak punya teman. Tapi sesekali aku melihatnya duduk diam, seperti sedang mendengarkan sesuatu yg menenangkan dirinya.
Ah..hidupku terasa sangat tenang. Tanpa perlu memikirkan darimana aku cari uang untuk makan. Padahal belum habis kekagetan ku pada aset-aset besar yg kini beratas namakan diriku, Sudah datang lagi utusan dari kantor almarhum suamiku dan pengacara keluarga serta tante diana yg menyerahkan hak-hak ku sebagai ahli waris.
Harta ku sudah terlalu banyak. Tapi meski begitu aku tak mengajarkan gadis kecilku hidup berlebih. Agar dia bisa tetap berbahagia dalam kondisi apapun nantinya. Sampai ketika usiaku senja dan dia berkeluarga. Aku tak akan hentikan langkah nya untuk menjajakan kaki di seluruh dunia. Biar dia tau,biar dia mengerti, biar dia dapatkan apapun yg dia cari dengan usahanya sendiri. Dan aku..merasa aman bila berada terus dirumah ini. Rumah yg dipenuhi kehangatan dan semak mawar putih. Rumah rosi..
Apa?!
APA?!!
Siapa tadi yg berkata?
Hei..siapaaa???

Bukan jawaban yg kudapat, namun aku merasa tubuhku terhisap. Tanganku menggapai gapai apapun yg kuharap dapat menahan tubuh ku. Namun tak ada apapun yg bisa kuraih, hanya pendaran cahaya kekuningan serta kabut asap tipis yg mengelilingiku. Sampai akhirnya aku berhenti pada sebuah jendela kaca besar. Aku mendekat dan melihat keluar..untuk selanjutnya aku hanya bisa menjerit tak mau percaya pada pengelihatanku.
Di luar sana..hari di mana 3 hari yg lalu aku melihat malaikat kecilku menari ‘tarian hujan’. Dan ketika dia berlarian mengelilingi halaman. Juga saat dia hanya duduk diam dengan mata terpejam. Dengan jelas aku melihat rosi. Rosi yg mengajarkan gerakan ‘tarian hujan’, wajahnya cerah nampak lebih muda dari saat dia meninggal dulu. Gadis kecilku dengan riang mengejar rosi yg berlari mengitari halaman sampai keduanya tampak kelelahan dan membaringkan tubuh direrumputan. Dan aku tau mengapa gadis kecilku terdiam, karena rosi sedang bernyanyi dan sesekali dengan lembut mengusap rambut anakku. Juga..malam hari nya ketika aku menangis seorang diri di halaman. Aku ternyata tak sendirian,a da rosi disampingku. Wajahnya sedih melihat tangisan ku dan dia memelukku erat. Ah, pantas saja saat itu aku merasa hangat. Rosi..dia memenuhi janjinya untuk selalu menjagaku dan malaikat kecil ku.

Tubuhku tersedot lagi kebelakang. Namun lebih lembut dan perlahan. Sampai akhirnya aku sampai pada sebuah ruangan kantor yg elegan.Terlihat ada 2 orang disana, rosi dan romi?
Rosi tampak tegas dan cantik,dalam balutan setelan blezer hitam . Didepannya romi menggaruk-garuk kepala dan berkata; "Apa anda yakin untuk memberi ini semua pada nona Luna?"
Rosi menatap tajam pada romi.
"Ya, memang aku melakukan ini semua hanya untuk dia..kau mengetahui seluruh ceritaku bukan? tentang betapa aku mencintainya..dan kini dia mengandung anak nya, yg berarti itu anakku juga. Anak dari wanita yg aku cinta..’
Romi terdiam dan hanya menganggukan kepalanya.

"Aku tak punya siapa-siapa lagi romi..keluargaku habis terbunuh di malam gila itu, saat ayahku habis-habisan memukul ibuku dan kemudian menembak mati seluruh penghuni rumah"
"Beruntung aku bersembunyi dibawah meja makan. Masih lekat dalam ingatanku ketika tubuh ibuku yg cantik rubuh dengan sekali tembakan, tepat dihadapanku. Mata nya yg kosong menatap ku yg sembunyi di bawah meja, ketika ayahku berlari kebelakang mengejar para pekerja dan satpam yg berlarian aku langsung lari lewat pintu depan. Terus lari sampai aku melihat taxi dipinggir jalan..tujuanku hanya rumah kakek-nenek ku. Sejak saat itulah aku tinggal bersama mereka, tak mau lagi kembali ke rumah neraka..sampai akhirnya aku dengar semua yg ada didalam rumah mati terbunuh oleh ayahku yg kemudian mati juga karena dia menembak sendiri kepala dan jantungnya.."
"Dan..kau tahu ayah-ibuku adalah anak tunggal dari keluarga mereka, hanya aku satu-satunya anak mereka. Ketika usiaku 13 aku lagi-lagi kehilangan orang yg aku cintai. Kakek-nenekku meninggal ketika dalam perjalanan pulang dari liburan..aku sendiri lagi, hanya ayahmu yg selalu datang mengunjungi untuk memberi laporan perusahaan keluarga. Dia baru akan menyerahkan semua tanggung jawab hanya ketika aku merasa siap"
"Dan Luna adalah cinta pertamaku..satu-satunya alasan untuk hidup, tapi aku tak mau membuatnya terpaksa jatuh dipelukan ku. Karena dia berhak atas kehidupan yg sewajar-wajarnya..walau hatiku sakit saat melihatnya menikah dengan satria, pria yg bisa menjadi suaminya. Tapi aku rela bila itu bisa membuat luna bahagia.."
Rosi terdengar penat saat menarik nafas sebelum melanjutkan ceritanya

"Hhh..aku tak tau sampai kapan aku akan hidup. Dalam malam-malam terakhir ini aku selalu melihat ibuku melambaikan tangan nya padaku..ada kakek-nenek juga disana, menyuruh aku menyusul segera..aku takut romi..aku akan meninggalkan raga ini dan tidak bisa lagi menjaga luna"
"Aku minta padamu, bila terjadi sesuatu denganku maka berikan semua aset yg kupunya pada luna. Termasuk rumah yg kubangun dengan impian akan kutempati bersamanya kelak..ingat, semuanya..tak terkecuali hal sekecil-kecilnya. Tolong jaga dia..aku percaya kau bisa dipercaya"
Ujar rosi tegas yg di sertai tatapan nanar romi..terang saja romi sedih.

Romi adalah anak dari pengacara keluarga rosi yg sebelumnya, dia hanya terpaut 5 tahun lebih tua dari rosi. Wajah nya nampak dewasa karena terbawa sikap tegas dan besarnya dia menjaga tanggung jawab. Romi sering ikut ayahnya dalam kunjungan rutin. Romi mengganggap rosi adiknya, walau rosi yg hatinya dingin hanya mengganggap romi sebagai kepercayaan keluarga. Romi berkata ‘ya’ dan meninggalkan ruangan kantor itu. Meninggalkan rosi yg menatap tajam pada beberapa pigura di atas meja kerjanya. Foto close up diriku dan beberapa foto ku berdua dengan nya dulu

Lembut dia mengusap pinggiran pigura sambil berbisik; "Aku mencintaimu luna.."
Tersentak aku oleh ucapan terakhirnya dan sedetik kemudian tubuhku terpelanting kebelakang. Kupingku berdenging dan mataku silau oleh pendaran cahaya di sekelilingku. Kulihat potongan-potongan adegan dimana aku jatuh pingsan di ruang unit gawat darurat. Dan ketika sadar aku tak bisa ingat apapun tentang rosi.
Aku baru tahu kalau sejak saat itu aku mengalami amnesia hingga 3 tahun lamanya. Tapi hanya ingatan tentang rosi yg terkunci. Itulah mengapa aku akan mengalami sakit kepala hebat dan melihat sekelebat cahaya bila aku melihat hal yg akan mengingatkan ku padanya. Tubuhku terhempas dalam lautan kabut tebal yg lembut seperti asap. Aku sudah pasrah,terserah aku akan jatuh kemana. Sampai ada sepasang tangan yg menahan tubuhku. Dan memeluk ku..ah..aku rindu hangat tubuh itu. Aku tegakkan kepalaku untuk melihat siapa dia?

Dia rosi, dengan balutan kemeja putih tersenyum padaku
"Kau sudah tau semua luna..kini kembalilah pada tempat yg seharusnya. Waktuku sudah habis untuk menjagamu. Sekarang tolong jaga malaikat kecil itu untuk ku, untuk kita, untuk satria.."

Cahaya berpendar makin lama makin terang. Hingga tak dapat lagi aku melihat rosi. Dan kini yg kulihat hanyalah beberapa utas selang, yang menancap di tangan dan hidungku. Ada romi disana..perawat & sepupuku dokter izra. Mana gadis kecil ku? Mataku mencari-cari. Irza mengerti dan bilang kalau Bumi sedang bermain di ruang rekreasi ditemani bibik. Ya..Bumi adalah nama malaikat ku, gadis kecil ku.
Ternyata bumi adalah nama yg sempurna untuk nya. Karena dia akan selalu mendapat cinta kasih dari aku, Luna si rembulan. Cinta kasih dari almarhum Rosi, sang mentari. Dan cinta kasih almarhum ayahnya, Satria.

Hingga dia dewasa dan kelak menua. Kami hanya akan melihatnya agar dia terus berputar pada porosnya, tempat dimana semua mahluk terkasih akan hidup. Hingga tiba saat sinar hidupnya meredup dan cerita inipun dengan berat hati kututup.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Bulan, Mentari & Ksatria..
Saling menjaga saling mencinta
Tak terbatas oleh waktu
Tak berbentuk bagai hantu
Karena hidup hanya sekali
Dan manusia diberi akal dan hati
Cinta tak terbatas oleh apapun
Sekali diberi atau merasakannya berkali-kali

Adakalanya kita mencinta
Dan terlupa pada apapun yg seharusnya
Adakalanya cinta ditempatkan tidak pada tempatnya
Dimana orang mengganggap itu adalah cinta yg gila


Yg terlarang bukan lah cinta itu sendiri
Tapi akal sehat yg akan pengaruhi hati nurani
Kita masih bisa berikan cinta
Tanpa harus memaksa dia untuk menerimanya


Seperti cinta Bulan, Mentari & Ksatria
Yg sama-sama mencintai Bumi, anaknya
Hanya memberi
Tak peduli sakitnya hati


Karena kita percaya tuhan ada
Karena sudah ada takdirnya
Karena kita akan menerima karunia nya
Dan berkumpul kembali di pangkuan nya


Bulan, Mentari & Ksatria..
Saling menjaga, saling mencinta..
Tak terjamin akan selalu bahagia pada akhir cerita
Tapi lihatlah bahwa cinta adalah benar adanya, percayalah pada bukti hidup ini,percayalah dengan hati,akan keberadaan Tuhan yg maha esa..




Jakarta 5 oktober 2009
Pada sebuah ruang kamar, ditulis dalam 2 hari oleh: Dini Amalia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar