Senin, 18 Januari 2010

Dia adalah Cinta

Ada sebuah nama, yang selalu tampak didalam kepala. Yang bisa membuat saya terbangun jam 3 pagi. Yang bisa membuai saya dalam sebuah mimpi. Dia ada di depan pintu. Dia ada di kursi itu. Dia ada di lipatan pori-pori saya. Dia ada di jendela. Dia ada di organ tubuh saya. Dia ada di untaian jemuran saya. Dia ada di bawah meja. Dia ada di atas langit sana. Dia ada di bulu-bulu halus saya. Dia ada di file laptop saya. Dia ada dan selalu ada di tiap mata saya terbuka. Dia ada di sepanjang perjalanan saya. Dia ada di setiap detak jantung saya. Dia ada di segala yang saya punya. Hanya dia dalam satu dunia saya. Hanya satu nama dan memang hanya perlu satu saja.

Sabtu, 09 Januari 2010

Eye of Aida

Aida berkata dihadapan sang Ra', bahwa ia mengalami koma. Ra' bertanya mengapa? Aida hanya tersenyum dan berkata :
"Lihat mata saya, apa yang terlihat disana? Saya tidak akan mengatakan, hanya saja bisakah kau rasakan?". Ra' tidak mengerti dan hanya menampakkan wajah sekeras besi. Aida kembali tersenyum:
"Saya bisa saja kembali menghilang dan tenggelam lagi kedalam kubangan yang suram. Tapi saya tidak mau, karena kau masih membutuhkanku. Nafas ini takkan berhenti selama kau dan kalian membutuhkan saya disini".
Ra' bingung dan sejenak ia termenung. Aida melanjutkan tanpa menghilangkan senyumnya :
"Saya tak perlu kau suguhi istana ini, saya tak perlu kau beri ratusan puisi. Saya selalu tersenyum ketika kau pulang berperang, bukan karena kau menang. Tapi karena kau masih bisa pulang dan memelukku ketika malam menjelang. Saya hanya butuh merasa bahwa saya ada, saya hanya merasa ingin dicinta".

Ksatria Api

Kepada siapa saya harus bilang sayang? Rasa yang telah terpendam dalam jutaan deburan buih-buih keadilan. Kepada siapa saya harus berperang? Menghunuskan pedang panjang dengan seluruh kekuatan. Agar tertusuk dalam dan hilanglah perasaan mencekam. Sayang..siapa yang harus saya panggil sayang? Bila rasa itupun saya tak tahu kapan akan datang. Saya sudah siap berperang. Dengan seekor kuda dan tubuh berselimut mantel beruang. Sang petinggi sudah mensyahkan janji. Dan membuka arena pertarungan ini.

Hei para pemburu. Hadapi aku! Agar aku tertusuk lagi,agar aku mati lagi. Mati,tapi kali ini tanpa meninggalkan sebuah harga diri. Akulah pejuang. Dengan atau tanpa lawan yang menghadang. Semburan naga dibelakangku akan sangat membantu. Jadi jangan coba-coba kau menjamahku dengan tangan kotormu itu! Aku siap menjadi ksatria,dalam perjalanan seumur hidup menuju nirwana.

Tenanglah kau yg akan kupanggil sayang, akan ada aku yang akan datang. Teruskanlah tidur nyenyakmu. Kupastikan tak akan pernah ada serangga yang mengganggumu. Sudah kuselimuti tubuh indahmu dengan separuh mantel bulu. Dan akan kuserahkan separuhnya lagi untuk anakmu nanti. Pegang janji ini, janji sang ksatria api. Bahwa akulah ksatria pertama yang akan kau lihat saat kau membuka mata. Lihat saja!

Forever..

Sekelebat bayang berkelebat,dalam ruang sempit bernama otak. Beradu menderu setara dengan suara tapakan kuda berjumlah seribu. Menghantam dinding-dinding semu. Menyayat syaraf yang menyimpan berbagai suara dan cerita. Aliran darah itu mengiris didalam denyut nadi yang berdetak semakin tipis. Flashback dari kisah hidupnya yang tersisa. Hanya seraut wajah yang dapat diingatnya.
Wajah orang terkasih yang bukan kekasihnya.
Keindahan yang tidak dapat direguk seumur hidupnya. Karena hati dan tubuh yang berperang sangar.

Dia belum mau mati. Dia belum mau mati. Dia belum mau mati.
Dan sebenar-benarnya dia takkan pernah mati di hati ini. Forever..

Senin, 04 Januari 2010

siapa


Seorang perempuan menunduk, dengan kepala bergoyang-goyang mengantuk. Aku melihatnya dari jendela kereta. Perempuan itu selalu dengan posisi yang statis, duduk tenang dengan latar tembok bergaris. Tubuhnya kurus dengan pipi yang tirus. Sekelebat aku bertanya, siapa dia? Ekor matanya menatap hampa, hampir selalu setiap aku melihatnya. Awalnya aku acuh, namun sosok itu akhirnya bisa membuatku terpesona. Karena rajinnya dia absen disana. Hey perempuan manis, siapakah namamu? Ingin sekali aku berseru begitu. Namun itu hanya jadi bayangan imajinasi, dari anak manusia tak tahu diri. Yang selalu dapat bagian berdiri dikereta ini.

Hampir sebulan penuh aku melihatnya. Sampai akhirnya muncul tekad gila untuk turun segera dan menyapanya. Sumpah mati aku tak tahu mengapa, namun aku pasrah pada kakiku yang sudah keluar dari gerbong kereta. Perlahan aku dekati dia, hampir sampai..sedikit lagi..samar..dan aku terpana ketika dia dongakan wajahnya. Wajah itu..wajahku.