Senin, 02 Agustus 2010

DOA-KU (pada 'TUHAN' palsu)

Malam ini saya sangat lelah, ingin menyerah. Lalu teman yg berdiri di depanku berkata:
"Bersabarlah."
Saya garuk-garuk kepala dan berkata:
"Bagaimana cara si sabar menyelesaikan masalah saya?"
Teman dihadapan saya cuma diam dengan mulut menganga:
"Ya..bukan sabar yg akan menyelesaikan masalahmu, tapi hanya itu kata-kata yg selalu di ucapkan pada orang yg punya masalah"
Kemudian teman saya itu buru-buru pergi ngebut menyetir mobil mewahnya.


Malam ini saya ingin mengamuk! saya merasa mulai gila..aaarrrgh!
Dan tiba-tiba ada tangan yg menahan saya menjebol tembok tetangga,
"Tahan dulu, tembok itu jebol pun takkan menghentikan waktu"
Saya tarik kaki yg sudah setengah senti mendekati tembok rumah si tuti.
"Lalu apa kamu bisa hentikan waktu dan selesaikan masalahku?"
Orang yg tangannya susah payah menahan saya itupun berucap sok bijak,
"Ya bukan saya yg bisa hentikan waktu dan selesaikan masalahmu, tapi sayang saja kalau kau jebol tembok itu. Nanti saya yg rugi membayar mahal untuk renovasi"
Kemudian saya baru sadar kalau orang itu adalah juragan kontrakan yg ditempati tetangga saya si tuti.


Saya hilang harapan, merasa tak punya masa depan. Ibu haji lewat, melihat saya yg bengong di halaman malam-malam.
"Berdoalah pada Tuhan, dia adalah penolong semua insan"
Saya mengadahkan muka menatap heran,
"Apa dengan doa, tuhan akan menyelesaikan segala urusan?"
Ibu haji tersenyum, wajahnya terlihat keibuan:
"Siapa tahu? saya mendengarnya tiap pengajian"
Kemudian ibu haji ngeloyor pergi meninggalkan saya yg masih jongkok dibawah pohon rambutan.


Lekas saya masuk kedalam, dengan bersedekap mulai berdoa:
"Tuhan..saya lelah, ingin menyerah"
Sayup-sayup saya dengar suara besar yg menenangkan hati:
"JANGAN MENYERAH, BERSABARLAH"

Saya terdiam, terkesima dengan yg didengar barusan. Bayangkan, seumur-umur baru sekali ini berdoa dan beliau menjawabnya sendiri!
"Ngg..Tuhan, kalau saya sudah sabar lalu bagaimana masalah saya bisa selesai?" tanyaku berharap beliau menjawab lebih detail
"MASALAHMU AKAN SELESAI SEIRING DENGAN WAKTU", jawab suara 'Tuhan' itu

Saya terdiam dan garuk-garuk hidung yg sebenarnya tidak gatal
"Jadi saya hanya perlu menunggu dan waktu akan selesaikan semua?"
Ada angin dingin menerpa wajah saya ketika menyelesaikan kata-kata terakhir
"ERR..YA BUKAN BEGITU MAKSUD SAYA, BERSABARLAH..TERUS BERUSAHA. NANTI KAMU AKAN TAHU BAGAIMANA CARANYA"

Saya bukan hanya mengaruk hidung dan kepala. Kaki, ketek dan paha pun saya garuk saking bingung
nya
"Tadi kau bilang saya harus menunggu, berarti saya hanya perlu serahkan masalah saya pada sang waktu?" tanyaku mencoba merangkai petunjuk. Kali ini bukan hanya angin dingin yg menerpa wajah saya, tapi setengah badai sampai jendela kamar saya terbuka.
"MEMANGNYA WAKTU ITU NENEKMU! DIA TIDAK PUNYA TANGGUNG JAWAB APAPUN TERHADAP MASA DEPANMU!"

Saya kaget, kok 'Tuhan' kasar menjawab pertanyaan hambanya? dengan muka tembok saya lanjutkan doa saya
"Ya Tuhan..maafkan saya. Tuhan tahu kan nenek saya sudah tiada, meninggal kebanyakan tertawa waktu nonton acara opera van java. Ah..bukan itu maksud doa saya, tapi..hmm..bolehkah saya tahu kapan saya kembali ke hadapanmu agar saya tak pusing lagi dengan masalah saya ini?"

Saya sudah siap dengan angin jenis apapun yg akan datang nanti. Lama..tak ada jawaban. Sampai akhirnya saya dengar suara itu lagi
"AH MAAF, SAYA BALAS E-MAIL DULU. HMM..TANYA APA KAU TADI? AH YA, KAU TANYA KAPAN KAU MATI? BUAT APA KAU PEDULI? HARUSNYA KAU KHAWATIRKAN MASALAH DAN MASA DEPANMU DULU"

Saya terdiam. 'Tuhan' balas e-mail? kalau begitu buat apa saya susah-susah berdoa? kirim via e-mail saja. Jangan-jangan dia juga punya facebook, YM dan twitter? apa saya tanya saja apa alamat e-mailnya?
Ah, saya pasti gila. Lekas saya usir pikiran iseng tadi dan kembali berdoa:
"Tuhan..saya cuma merasa sakit hati, sampai mau mati. Kau tahu kan tuhan kalau sakit hati sama sakitnya seperti sakit gigi. Sakit gigi bisa sembuh kalau saya pergi ke dokter suharti, lah kalau sakit hati kemana saya bisa mengobati?"

Jeger..jegerr..! suara halilintar menyambar dua kali, saya kaget sampai melonjak dari tempat saya berdoa tadi. Saya pikir 'Tuhan' marah. Tapi ternyata saya hanya mendengar beliau tertawa
"HAHAHA..BODOH SEKALI SMS INI"
Hah?! apa dia bilang tadi? sms? jadi sambaran halilintar tadi adalah ringtones sms hape 'Tuhan'? Ckckck..ingin rasanya saya berguling-guling dipasir tempat kucing kencing berdiri.

Saya makin bingung. Tak ada satupun jawaban benar dari pertanyaan saya. Apa karena saya terlalu serius bertanya? Ah..ini dia. Saya coba saja mengikutinya, bertanya hal-hal yg tidak berguna
"Tuhan, saya ingin bir dingin malam ini"
"BELI SENDIRI!" jawab 'Tuhan' cepat

Kok 'Tuhan' pelit? saya makin penasaran ingin lebih jauh menyelidiki
"Tuhan, saya lapar"
Kembali hembusan angin bertiup, menerbangkan selembaran brosur Carrefour
"APA GUNANYA SAYA CIPTAKAN GOLONGAN ORANG KAYA YG MEMBANGUN TOSERBA?"

Saya nyengir kuda menahan tawa dan mulai menikmati semua.
"Saya lelah sekali tapi malas mati. Saya harus apa agar otot saya kendur dan otak saya tidak lagi melantur?"
tubuh saya pun terlempar kebelakang dengan suara menggelegar.
"ITU TEMPAT TIDUR, KAU SUDAH PUNYA!"

Saya terkikik geli dan bandel ajukan pertanyaan lagi

"Tu.."

"APA LAGI? APA KAU MAU SAYA KELONI?!"

Saya tertawa terbahak-bahak. Kok 'Tuhan' sensi? lagi PMS kali? yah, saya pura-pura tak menanggapi

"Saya berani tidur sendiri. Tapi kalau tuhan senggang, saya tak keberatan kalau di temani"

"EH..DARIMANA KAU TAHU SAYA TAK PUNYA KERJAAN?"

Yes! benar kan tebakan saya.
"Ya tentu saja, karena tuhan mau menjawab doa bodoh saya. Padahal saya tahu masalah saya hanya bisa selesai jika saya hadapi sendiri. Orang lain mungkin hanya bisa memberi nasihat karena simpati, karena mereka punya hati. Masalah itu mungkin tak selesai dalam sehari, tapi dalam jangka waktu tertentu. Tiap hari hadapi satu persatu. Itulah mengapa saya harus sabar dan tetap menjalani kegiatan saya. Lagipula, saya tahu kau adalah Tuhan palsu"

Whuuussss..angin kencang dengan butiran salju berhembus dikamar saya
"LANCANG SEKALI KAU NASIHATI SAYA DAN BILANG SAYA TUHAN PALSU..APA ALASANMU BILANG BEGITU?!"
Si 'Tuhan' mulai menunjukkan kemarahan.

"Lihat saja, baru saya jelaskan fakta kau langsung marah. Mengapa harus marah bila tidak bersalah? Tuhan saya itu maha pengampun, maha penyayang. Bila DIA menegur pun bukan hanya menghembuskan angin di kamar saya. DIA mampu meratakan bumi dan seisinya. DIA menegur bukan lewat lisan sepertimu. Lagipula, buat apa Tuhan facebook dan sms-an seperti yg kau lakukan tadi? mengaku sajalah, saya tidak akan marah"

Lama..sampai akhirnya saya dengar lagi si 'Tuhan' palsu mengaku
"ERR..YA..KAU BENAR. SAYA BUKAN TUHAN,TAPI MAHLUK YG DICIPTAKAN TUHAN. KERJAAN SAYA FECEBOOK-AN & SMS-AN. SAYA HADIR UNTUK MEMBODOHI MANUSIA AGAR MAU MENGIKUTI SAYA MEMBACA CERITA BODOH YG DITULIS SEORANG ANAK MANUSIA.  AGAR MEREKA BISA TERTAWA. YA SUDAHLAH, SUDAH HABIS CERITA INI, SAYA MAU PERGI. SEBELUM SAYA SEMPAT DICACIMAKI"

Dan 'Tuhan' palsu itupun pergi meninggalkan saya dengan berpasang-pasang mata yg kurang kerjaan membaca cerita ini.




*Maaf sebesar-besar nya. Saya menulis cerita bodoh ini karena iseng semata. Tidak ada maksud untuk mencela tuhan atau agama apapun. Yah, daripada saya gila. Mendingan saya tuangkan dalam sebuah karya.

**Saya bukan ahli bahasa, bukan pula penikmat sastra. Saya menulis hanya karena suka.
Jgn sakit hati, tapi silahkan jika ingin mencaci. Terima kasiiiih ^_^V

Wednesday, October 7, 2009

Pinggir jalan, semalam

tidak semua tidak bisa jadi cerita:


Penat, aku suntuk seharian
Naluri petualangku mengutuk untuk keluar sekarang
Tapi tertahan 2 hari oleh demam sialan
Aku menyerah, terpaksa kalah
Dan menyusup dalam selimut dingin berwarna merah darah

Malam datang
Aku kebingungan
Harus pergi! hatiku berseru lantang
Tubuhku mengejang
Melawan hati yg makin menggarang

Aku pergi mengemudi
Tanpa arah yg pasti
Dan berhenti di pinggir jalan sepi

Menatap sorot lampu kendaraan lalu lalang
Aku sendirian, dengan pikiran mulai mengawang
Mulai terbentuk seraut wajah yg kukenang
Perlahan..lahan..darr!
"‘mbak! mobilnya mogok ya?!", seru seorang bapak diseberang jalan. Sialaaan..
"gak pak, makasih", seru ku ogah-ogahan sambil kembali duduk dipinggir jalan

kembali pikiranku mengawang
mengingat beberapa kenangan..dan..
‘diin..diin..blak!’ sebuah mobil sedan berhenti sembarangan
"kenapa mbak? Ban nya bocor?", tanya seorang pria paruh baya, wajahnya lelah tapi penuh kekhawatiran.
tanpa memalingkan muka aku jawab seenaknya
"gak pak, makasih"
si bapak manggut-manggut dan kembali berjalan dengan sedan nya yg berwarna terang

aah..malam ini makin dingin dan sepi
meski aku sudah selimuti tubuh ini dengan jaket abu-abu segalau hati
kutatap lagi jalan tol didepan muka
kilauan lampu dan higar bingar mesinnya membuatku semakin terluka
andai aku punya kamera bagus, akan kupotret ini semua
tapi untunglah tuhan membekali aku dengan kuasanya
biarkan mata ini melihatnya dan otakku merekam semua, hingga nanti aku bisa menciptakan karya

ku buka kaleng kopi yg tadi sempat kubeli
‘klak’
hmm..duhai tuhan, apa gerangan maksud mu memberi aku cobaan
dan ketika aku sudah mulai tenggelam dengan berbagai fikiran, ketika lagi-lagi ada yg mengejutkan
"non..non..jangan bunuh diri non", ujar abang tukang bakso yg berhenti dengan wajah ketakutan
whattt?bunuh diri?apa mukaku sedemikian putus asa?posisiku saja biasa, gila!
tp kalau aku berseru begitu, apalah arti pendidikanku selama ini, menjawab dengan sopan saja tidak bisa, maka ku sahut dengan senyuman
“haha..gak kok bang”
kulihat wajah si abang kebingungan dan akhirnya menawarkan dagangan
"mm..mau makan bakso non?"
heeh..ujung-ujungnya kok dagang? grrr..boro-boro bakso, makanan sehatpun sudah tak aku sentuh sekarang. Kugelengkan kepala kuat-kuat dan menegaskan
"gak bang,makasih"
dan si abang itu pun pergi sambil sesekali menengok kebelakang

kurubah posisi dudukku
mobil dan motor yg lalu lalang menurunkan kecepatannya
sambil menengok kearah mobilku berhenti
‘sialan’, kutukku dalam hati
mereka benar-benar simpati atau hanya sekilas melirik paha ku yg tersaji?
Aku makin niat untuk membeli sepatu boots tinggi
Biar saja suatu hari mereka fokus pada ujung kaki
Bukan pada paha atau yg berada di atasnya beberapa senti
Ya ya..aku jadi terkikik geli

Kulirik jam tangan yg melingkar manis di pergelangan
Hadiah dari sang mantan
Yah..kan..aku sedih lagi sekarang
Tapi aku harus pulang, sebelum tubuhku ambruk seenaknya karna demam yang mulai kembali menyerang

Kuberdiri, lewat sebuah mobil patroli
Dengan wajah santun aku ditanya pak polisi
"mbak,mobilnya rusak?"
hhh..aku capek menjawab rentetan pertanyaan, tapi aku harus jawab itu lagi sekarang
"gak pak,makasih"
pak polisi manggut-manggut dan tesenyum melihatku memasuki mobil untuk pulang
kutelusuri jalanan dengan ujung bibir tersungging senang sambil kebingungan
pengalaman apa lg itu tadi? tak bisakah orang biarkan aku bengong sendirian dipinggir jalan malam-malam?
Haha..tuh kan,karna bengong dipinggir jalan aku kembali menulis sebuah cerita
Memenuhi note di account dunia maya
Untuk yg sudi membacanya,terima kasih ya..


*dan seorang teman ngamuk-ngamuk diseberang sana,berkata ‘dini, kamu dimana? jangan berbuat gilaaa!’..hahaa..maaf teman,aku membuat kalian kebingungan,tapi lihatlah note ini sudah jadi,berarti aku sudah sampai dirumah dengan demam yang makin tinggi,hihii.. ;-)

Friday, November 13, 2009

Senin, 18 Januari 2010

Dia adalah Cinta

Ada sebuah nama, yang selalu tampak didalam kepala. Yang bisa membuat saya terbangun jam 3 pagi. Yang bisa membuai saya dalam sebuah mimpi. Dia ada di depan pintu. Dia ada di kursi itu. Dia ada di lipatan pori-pori saya. Dia ada di jendela. Dia ada di organ tubuh saya. Dia ada di untaian jemuran saya. Dia ada di bawah meja. Dia ada di atas langit sana. Dia ada di bulu-bulu halus saya. Dia ada di file laptop saya. Dia ada dan selalu ada di tiap mata saya terbuka. Dia ada di sepanjang perjalanan saya. Dia ada di setiap detak jantung saya. Dia ada di segala yang saya punya. Hanya dia dalam satu dunia saya. Hanya satu nama dan memang hanya perlu satu saja.

Sabtu, 09 Januari 2010

Eye of Aida

Aida berkata dihadapan sang Ra', bahwa ia mengalami koma. Ra' bertanya mengapa? Aida hanya tersenyum dan berkata :
"Lihat mata saya, apa yang terlihat disana? Saya tidak akan mengatakan, hanya saja bisakah kau rasakan?". Ra' tidak mengerti dan hanya menampakkan wajah sekeras besi. Aida kembali tersenyum:
"Saya bisa saja kembali menghilang dan tenggelam lagi kedalam kubangan yang suram. Tapi saya tidak mau, karena kau masih membutuhkanku. Nafas ini takkan berhenti selama kau dan kalian membutuhkan saya disini".
Ra' bingung dan sejenak ia termenung. Aida melanjutkan tanpa menghilangkan senyumnya :
"Saya tak perlu kau suguhi istana ini, saya tak perlu kau beri ratusan puisi. Saya selalu tersenyum ketika kau pulang berperang, bukan karena kau menang. Tapi karena kau masih bisa pulang dan memelukku ketika malam menjelang. Saya hanya butuh merasa bahwa saya ada, saya hanya merasa ingin dicinta".

Ksatria Api

Kepada siapa saya harus bilang sayang? Rasa yang telah terpendam dalam jutaan deburan buih-buih keadilan. Kepada siapa saya harus berperang? Menghunuskan pedang panjang dengan seluruh kekuatan. Agar tertusuk dalam dan hilanglah perasaan mencekam. Sayang..siapa yang harus saya panggil sayang? Bila rasa itupun saya tak tahu kapan akan datang. Saya sudah siap berperang. Dengan seekor kuda dan tubuh berselimut mantel beruang. Sang petinggi sudah mensyahkan janji. Dan membuka arena pertarungan ini.

Hei para pemburu. Hadapi aku! Agar aku tertusuk lagi,agar aku mati lagi. Mati,tapi kali ini tanpa meninggalkan sebuah harga diri. Akulah pejuang. Dengan atau tanpa lawan yang menghadang. Semburan naga dibelakangku akan sangat membantu. Jadi jangan coba-coba kau menjamahku dengan tangan kotormu itu! Aku siap menjadi ksatria,dalam perjalanan seumur hidup menuju nirwana.

Tenanglah kau yg akan kupanggil sayang, akan ada aku yang akan datang. Teruskanlah tidur nyenyakmu. Kupastikan tak akan pernah ada serangga yang mengganggumu. Sudah kuselimuti tubuh indahmu dengan separuh mantel bulu. Dan akan kuserahkan separuhnya lagi untuk anakmu nanti. Pegang janji ini, janji sang ksatria api. Bahwa akulah ksatria pertama yang akan kau lihat saat kau membuka mata. Lihat saja!

Forever..

Sekelebat bayang berkelebat,dalam ruang sempit bernama otak. Beradu menderu setara dengan suara tapakan kuda berjumlah seribu. Menghantam dinding-dinding semu. Menyayat syaraf yang menyimpan berbagai suara dan cerita. Aliran darah itu mengiris didalam denyut nadi yang berdetak semakin tipis. Flashback dari kisah hidupnya yang tersisa. Hanya seraut wajah yang dapat diingatnya.
Wajah orang terkasih yang bukan kekasihnya.
Keindahan yang tidak dapat direguk seumur hidupnya. Karena hati dan tubuh yang berperang sangar.

Dia belum mau mati. Dia belum mau mati. Dia belum mau mati.
Dan sebenar-benarnya dia takkan pernah mati di hati ini. Forever..

Senin, 04 Januari 2010

siapa


Seorang perempuan menunduk, dengan kepala bergoyang-goyang mengantuk. Aku melihatnya dari jendela kereta. Perempuan itu selalu dengan posisi yang statis, duduk tenang dengan latar tembok bergaris. Tubuhnya kurus dengan pipi yang tirus. Sekelebat aku bertanya, siapa dia? Ekor matanya menatap hampa, hampir selalu setiap aku melihatnya. Awalnya aku acuh, namun sosok itu akhirnya bisa membuatku terpesona. Karena rajinnya dia absen disana. Hey perempuan manis, siapakah namamu? Ingin sekali aku berseru begitu. Namun itu hanya jadi bayangan imajinasi, dari anak manusia tak tahu diri. Yang selalu dapat bagian berdiri dikereta ini.

Hampir sebulan penuh aku melihatnya. Sampai akhirnya muncul tekad gila untuk turun segera dan menyapanya. Sumpah mati aku tak tahu mengapa, namun aku pasrah pada kakiku yang sudah keluar dari gerbong kereta. Perlahan aku dekati dia, hampir sampai..sedikit lagi..samar..dan aku terpana ketika dia dongakan wajahnya. Wajah itu..wajahku.